Thursday, December 10, 2015

Tas Branded atau Anak/Keluarga?

Edisi habis buka FB, ada 1 friend olshop based di Belanda. Cewek Indo, married dengan bule sana, baru punya 1 baby, bisnisnya lancar jaya dan eksis terus di FB. Belakangan baju, tasnya wuih bikin ngiri - tas LV, scarf Gucci, dll. Berasa sempurna hidupnya.

Manusia memang ngga pernah puas ya, dan kayaknya memang rumput tetangga selalu lebih keliatan lebih hijau.

Lagi prego begini, puji Tuhan, gaji utuh2 bisa ditabung. Pengeluaran rutin semua ditanggung suami. Tapi giliran nanti delivery, kayaknya semua harus dari tabunganku.

Lihat FB friend di atas, aku ya pingin punya tas dan dompet Balenciaga. Ngiler dari dulu...
Uang ada, tabungan cukup, tapi lihat biaya delivery di Kuwait di private hospital, bikin ketir2 takut ada biaya2 extra pas delivery nanti. Jadi tahan2 diri dulu...
Kalau mau gratis ya di RS pemerintah, tapi ketir2 sama service-nya yang serba ngga jelas.

Habis delivery, sudah terjadwal baptism party & mudik Natal tahun depan. Kudu lanjut nabung lagi.
Kapan bisa beli Balenciaga-nya? Hiks...

Tapi kadang hati kecil kayak nuntun:
*Apa aku kekurangan tas? Ya ngga juga, banyak tas aneka merk, bentuk di rumah.
*Andai beli Balen, habis beli Balen-nya bawa manfaat apa? Secara jadwal sehari2 sekarang saja cuma kantor-rumah, nge-mall dan belanja bulanan ya cuma pas weekend.
*Ngga pengen mudik Indo kah? Pengennnn bangettttt, more than anything. Dengan bawa baby nanti, biaya nambah lagi. (edisi kangen Mami, masakan Mami, kangen Merauke, kangen ijo royo2nya Wamena...)

Bagaimana dengan Anda pemirsa? Pernah ngalami sikon kayak gini? Milih yang mana jadinya?
Ya memang ngga ada yang ideal ya untuk bisa memilih semua.

Tuesday, December 8, 2015

Resep: Bubur ala Chinese

Kuwait lagi super dingin winter ini, langsung kepikiran makanan anget2. Buryam ala Resto Ta Wan di Indo kayaknya enak.
Thanks to Uncle Google, sekali coba resep ya not bad lah, Chinese taste-nya lumayan dapet.

Takeran aku main kira2 saja kemarin hehehe.

Bubur ala Chinese
Bahan:
Beras - aku pakai 1 1/3 cup kemarin
Air/kaldu ayam lebih sip - kaldu ayam alami salah satu kunci taste gurih bubur ala Chinese
Bawang putih 1 siung saja, kupas dan biarkan utuh
Jahe 1cm, kupas saja
Merica secukupnya
Garam secukupnya
Minyak wijen 2-3sdm - ini kunci utama taste gurih bubur ala Chinese
Bahan isian: ayam, daging sapi, udang, ikan - potong kecil2 atau cincang kecuali ikan dipotong2 saja. Abaikan jika untuk bubur dasar/polosan.

Cara buat:
Campur semua bahan di dalam pressure cooker kecil, dengan air/kaldu sampai batas max./jangan lebih dari batasan di panci.
Rebus tanpa tutup sampai mendidih, lalu ditutup sesuai cara pakai pressure cooker.
Masak +/- 20menit. Lalu biarkan panci benar2 dingin, baru tutup dibuka dan diicip.
Tambahkan garam, minyak wijen, air/kaldu sesuai selera kegurihan dan encer/kental yang diinginkan. Masak lagi sebentar saja sampai mendidih.
Hidangkan dengan aneka topping (kucai, cakue, pitan/telur hitam, dll).

Nyam, nyam...

Hidup Bebas

Edisi habis baca2 status FB adik cewek, sosok yang kira2 kayak gini: kerja/cari uang untuk makan sepuasnya, jalan2 sesukanya; soal nabung, pasangan hidup, masa depan ya sambil dilihat dan dijalani.

Hidupnya sungguh santai dan bebas.
Kerja, dapat gaji, mau makan ya makan, mau jalan ya jalan, mau ke mana ya ikut saja kaki pengen ke mana.
Tiap kali mami ribut tentang bagaimana dan siapa yang akan menanggung beliau di masa tua, adikku ini tiap kali diajak diskusi hal ini jawabannya selalu sama: saya juga sebenarnya peduli sama mami, lagi usaha demi mami juga.

Kontradiktif komen dan kehidupan yang dijalani? Begitulah yang kira2 aku rasakan, gemas, tapi tiap kali diajak ngobrol tentang hal ini, dibilang aku jahat, keras.

Kadang aku iri sama adikku ini dalam hal menjalani hidup yang begitu bebas dan santai, kayak ngga pernah dan ngga perlu mikir tentang tanggung jawab baik terhadap diri sendiri maupun keluarga.
Tapi kadang aku jadi mikir, apa benar yang adikku bilang: aku keras?

Sejak kecil aku belajar dan sekolah/kuliah untuk dapat ranking, IP bagus. Dengan harapan orang tua senang, bangga, dan tentunya bisa dapat kerja yang baik untuk bisa mandiri secara kita datang dari keluarga biasa2; orang tua kerja keras untuk menafkahi anak2 dan sekolahkan kita sampai kuliah.
Lulus kuliah syukurlah bisa langsung mandiri dengan kerjaan yang akhirnya memberikan banyak hal: karir, ilmu, jalan ke banyak negara, dan belajar tentang manusia, hidup.
Setelah semua usaha ini, apa aku termasuk keras terhadap diri sendiri dan orang lain?

Satu hal yang pasti, no regret.
Apa yang aku lalui dan alami, itu yang sudah ngajari dan membekali aku sampai sekarang ini.

Monday, December 7, 2015

Beda Paspor, Beda Gaji

Teman suami di kantor, inisial namanya D, terkenal cukup straight to the point & frontal. Ngga tedeng aling2.

Sebagai engineer yang cukup senior & kenal dengan top management company, dia cukup frontal apa lagi kalau terkait gaji & fasilitas.
Sudah bukan rahasia lagi di Kuwait, kalau kulit putih paspor bule bergaji paling gede & paling disegani. Setelah itu kulit putih paspor2 Arab. Lalu terakhir ke para kulit non putih dan orang2 Asia. Ini berlaku juga dengan besarnya kenaikan gaji.

Beberapa tahun lalu, kenaikan gaji orang2 paspor Asia di kantor suami tidak sebesar kulit putih paspor2 Arab. Dan Mr. D memberanikan diri mempertanyakan asal dasar apa kenaikan gaji Arab2 putih itu lebih besar sementara mereka kerjanya lebih males & tidak se-capable orang2 paspor Asia. Jawaban si Vice President : 'Karena dengan gaji segitu kalian orang2 Asia bisa survive. Orang2 Arab putih itu beda standard/gaya hidup, ngga cukuplah kalau gajinya sama dengan kalian.'

*gubrak*

Nih orang beneran Vice President? Jawabannya ngga sinkron dengan jabatannya.

Melayani Pegawai

Sering travel ke banyak tempat, baru di Kuwait ngalami pegawai (pemerintah/swasta) adalah raja (catat: bukan customer adalah raja), apa lagi kalau pegawai terkait adalah penduduk lokal sini.

Beberapa sikon yang aku alami di sini, salah satunya pas deposit tabungan di bank di bank G, bank swasta lokal Kuwait. Pas buka rekening, customer service officer-nya masih kategori ramah untuk standard orang lokal sini.
Pas deposit sejumlah cash ke teller, kebetulan semua cash sudah aku pisah & jepit tiap 10 lembar KD10 note (total KD100 per jepitan). Aku jepit dengan lembar KD10 ke-10 (khas Indo banget ya hehehe). Uang dalam kondisi seperti ini langsung dimasukkan ke mesin penghitung uang tanpa diluruskan dulu penjepitnya oleh si teller & alhasil mesinnya jammed.
Aku bilang kalau note penjepitnya harus diluruskan dulu kayaknya. Weleh tuh cash dibanting di depanku & si teller bilang : 'what is this?' plus aku dikasih bonus nasty face... Pernah ke Russia-pun ngga pernah ngalami teller banting2 uang & bentak2 gitu...

Lain sikon lagi, kalau pas keluar dari Kuwait, sudah biasa di counter imigrasi airport kita nunggui petugasnya selesai ngobrol sama teman di counter sebelahnya atau di hp-nya baru paspor kita diproses. Ngga peduli berapa panjang antrean imigrasinya. Atau tahu2 si petugas ngeloyor ke mana & entah untuk berapa lama, dan antrean harus pindah antre kembali di counter lain...

Ngga semua pegawai lokal di sini jutek2, tapi dari sekian lama tinggal di sini, bisa dihitung dengan jari nemu petugas yang agak baik. Dan sejauh ini nol yang ramah.

Jadi kangen ramah-tamah & kehangatan orang2 di Indo...

Ngutil - Dipecat - Direkrut kembali

Sudah beberapa bulan kembali kerja kantoran di Kuwait, banyak hal yang 'ajaib' & 'beda' dengan atmosfer kerja di Indo. Bikin godek2 saja rasanya ngerti fakta2 yang terjadi.

Sudah beberapa hari ini di kantor ada orang baru, nationality masih sesama Arab (dari Africa Utara). Anggap saja inisial namanya S. S pernah cukup lama kerja di company ini, lalu dipecat karena ketahuan ngutil - jual beberapa aset company.
Entah logika & angin apa yang bikin company tertarik untuk mempekerjakan S kembali. Wasta alias pengaruh orang dalam?
Tapi apapun itu, bukan bermaksud tidak memaafkan, tapi setelah jual sekian aset company lalu dipekerjakan lagi apa ngga aneh rasanya...?

Ya gitulah di sini... Kalau kata suami, jangan dipikirin karena kita yang normal ngga akan pernah paham & dapat jawabannya kenapa bisa begitu...